DBASIA.CLUB – Kisah – kisah dunia malam yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia sangat menarik untuk disimak dan juga ditelusuri lebih lanjut. Beragam kisah unik dan juga berbagai macam modus dilakukan oleh para pelaku dunia malam untuk memuaskan hasartnya tersebut. Salah satu fenomena dunia malam yang sangat menarik untuk disimak adalah adanya “Gadis Matik” di kota Semarang. Gadis Matik ini adalah sebutan untuk PSK yang mangkal di sekitaran stasiun Poncol Semarang yang menunggu pelanggannya di atas sepeda motor matik. Selain di sekitaran stasiun Poncol, para gadis tersebut juga bisa ditemui di sekitar jembatan TI. Lalu seperti apakah fenomena gadis matik ini? Berikut adalah kisahnya.
Mulai pukul 9 malam, para gadis tersebut sudah mulai mencari mangsanya dengan berkata “ssstt!” sambil melambaikan tangan mereka. Usianya beragam, mulai dari remaja ABG 17 tahunan hingga wanita paruh baya yang memasuki usia 50 bisa ditemui di lokasi ini. Keberadaan mereka tidak saja berada di sekitaran stasiun Poncol atau Jembatan TI tetapi juga sudah merambah ke wilayah Jalan Tanjung dan Pertigaan Jalan Pemuda di Jalana Sayidan.
Para PSK yang mangkal tersebut memiliki berbagai macam latar belakang seperti ada yang masih duduk di bangku sekolah atas, ada mahasiswi, dan ada juga Ibu Rumah Tangga. Ketika mereka sedang bekerja tersebut pastinya tidak secara terang – terangan. Apalagi mereka mangkal di pinggir jalan raya besar, yang beresiko diketahui oleh kerabat hingga rekan yang mereka kenali. Duduk di atas sepeda motor dengan ditutupi masker menjadi keseharian mereka dalam mengarungi dunia malam Semarang. Ketika ditanya kenapa harus duduk di atas sepeda motor, jawaban mereka rata – rata sama yaitu bisa langsung melarikan diri dengan cepat seandainya ada operasi dari pemerintah.
Seperti sudah menjadi jawaban klasik dari setiap PSK, alasan ekonomi lagi – lagi menjadi jawaban klise setiap ditanya alasan turun ke jalan untuk mencari pria iseng. Salah seorang gadis matik, sebut saja Reni yang berusia 19 tahun mengaku dirinya baru setahun ini menekuni profesi sebagai PSK Gadis Matik. Setelah lulus sekolah tahun lalu, dirinya memutuskan untk bekerja, namun belum mendapat pekerjaan yang cocok sehingga dirinya memutuskan untuk menjadi PSK. Kepada keluargana, Reni mengaku bekerja sebagai Pemandu Lagu (Ladies Companion) di salah satu tenpat karaoke ternama milik seorang penyanyi dangdut.
Soal tarif yang dipasang, setiap PSK memiliki tarif yang berbeda – beda namun kisaran harganya adalah 150 ribu rupiah belum termasuk dengan sewa kamar atau tempat. Jangan harap anda bisa melakukan tawar menawar, sebab mayoritas para PSK ini sudah memasang harga mati untuk sekali berkencan. Biasanya, setelah deal melakukan transaksi, Gadis Matik tersebut akan membawa pelanggannya ke sebuah hotel kelas melati yang berada di sekitaran stasiun Poncol. Kebanyakan para PSK tersebut sudah terbiasa menggunakan hotel – hotel melati tersebut sehingga tidak canggung lagi dalam melakukan booking kamar.
Meskipun sudah sering melayani tamu, Namun Reni mengaku masih suka canggung jika berkencan dengan pria asing yang dia tidak ketahui sebelumnya. Itu mengapa, setiap kali berkencan, Reni selalu meminta agar melakukan hal tersebut dalam keadaan gelap atau remang. Reni juga mengaku tidak mematok target untuk jumlah tamu yang dia layani. Jika sekiranya malam itu sudah cukup, dirinya langsung pulang. Akan tetapi jika sewaktu – waktu sedang membutuhkan uang, Reni mengaku bisa melayani hingga 10 orang per harinya.
Pengakuan yang sama juga diungkapkan oleh seorang penjaga hotel yang menjadi lokasi transaksi syahwat tersebut. Sebut saja Arya, mengaku dirinya sudah sangat akrab dengan beberapa gadis matik tersebut karena dalam semalam, seorang Gadis matik bisa melakukan booking sebanyak 5 kali di hotel yang dia jaga. Hotel tempat Arya bekerja memiliki tarif 35 hingga 125 ribu rupiah tergantung dari jenis kamar yang digunakan. Kamar paling mahal tentunya dilengkapi dengan pendingin ruangan.
Arya yang juga memiliki warung mini yang meyediakan alat kontrasepsi, tisu, dan beberpa jenis obat kuat juga menuturkan bahwa para gadis matik yang membawa tamunya ke yempat penginapannya tersebut berasal dari kalangan beragam. Ada yang berprofesi ebagai mahasiswi, SPG, bahkan ada juga yang masih sekolah. Namun, jika suatu saat ada operasi dari satpol PP, dirinya juga akan terkena imbasnya yakni pemanggilan ke kantor satpol PP hingga penutupan tempat usaha penginapan tersebut.
Namun untuk hal razia petugas para PSK ini mengaku memiliki bantuan dari preman yang berada di sekitar lokasi mangkal mereka. Setiap transaksi yang didapat, para preman tersebut menerima setoran dari PSK di sana sebagai uang jaminan keamanan. Komunitas preman tersebut akan menginformasikan kepada para PSK Gadis Matik itu jika sewaktu – waktu ada razia, sehingga mereka akan pergi terlebih dahulu atau tidak beroperasi.
Pemandangan Gadis Matik ini menjadi sebuah fenomena biasa bagi warga sekitar tempat mangkal para PSK tersebut. Menurut informasi warga sekitar, biasanya para wanita inisudah mulai beroperasi dan mangkal selepas pukul 7 malam. Namun, siang hari bahkan pagi – pagi sekali pun sudah ada yang mangkal dengan wanita yang berusia 40 tahunan.
Namun, meskipun terlihat seperti prostitusi jalananyang terbuka dan bebas, para gadis matik ini juga memiliki semacam koordinator yang bertugas mengawasi mereka. Mereka akan pasang badan jika sewaktu – waktu ada PSK yang terjaring razia atau merasa terganggu dengan tamunya. Selain sebagai pengawas, mereka juga bertugas untuk melakukan antar jemput. Namun bayaran yang diberikan kepada para pengawas ini juga beragam, mulai dari uang hingga jasa layanan seks gratis yang diberikan oleh anak – anaknya. Namun, tidak sedikit juga dari pengawas tersebut yang bahkan minta diberikan obat – obatan (narkoba) atau minuman keras.
Gadis matik yang kerap mangkal di lokasi tersebut tidak saja berasal dari Jawa Tengah. Namun tersebar dari berbagai macam wilayah seperti dari Jawa Barat, bahkan ada yang jauh – jauh datang dari Lampung.