DBASIA.CLUB – Mendengar nama Bangka, kita mungkin akan teringat dengan sebuah film yang diangkat dari novel berjudul Laskar Pelangi. Wajar saja, sebab setting dalam film tersebut adalah di Pulau Bangka. Pulau Bangka sendiri menyimpan berbagai wisata alam dengan pemandangan yang mengagumkan, yang bakal bikin pengunjung betah berlama-lama di sana.
Meski demikian, Bangka rupanya juga terkenal akan bisnis prostitusinya yang menjamur. Bahkan kini, prostitusinya sudah merambah ke dunia maya, atau prostitusi online. Yang mengejutkan, ternyata prostitusi di Bangka ini sudah terjadi sejak lama, bahkan dari zaman Hindia-Belanda.
Menurut Akhmad Elvian, sejarawan sekaligus budayawan Bangka Belitung, di Bangka pada abad ke-19, jumlah laki-lakinya lebih banyak dibandingkan perempuan. Karena itulah kemudian perempuan mulai didatangkan ke Bangka demi bisa memuaskan hasrat seksual mereka.
Dari catatan milik Franss Epp, yang berkunjung ke Bangka pada tahun 1836, banyak perempuan di Bangka yang kemudian menjadi perempuan penghibur atau pelacur. Mereka sendiri didatangkan dari negara lain, yaitu Jepang. Selain dari Jepang, ada juga pelacur yang didatangkan dari luar Bangka, atau tepatnya dari Pulau Jawa.
Pelacur dari Jepang dijadikan sebagai pemuas napsu orang Eropa, sementara pelacur dari Pulau Jawa dijadikan sebagai pemuas napsu orang Tionghoa, yang pada saat itu banyak bekerja sebagai kuli tambang timah. Alasan pelacur dari Jawa didatangkan ke Jawa untuk para kuli tersebut adalah agar mereka betah di sana dan tidak meminta pulang kembali ke negaranya.
Lalu, apakah ada juga pelacur yang berasal dari Bangka? Ternyata ada juga, hanya saja jumlahnya jauh lebih sedikit. Orang Tionghoa yang bekerja sebagai kuli itu harus membayar upah yang cukup tinggi pada kepala kampung untuk bisa memakai jasa perempuan lokal Bangka. Bahkan, mereka juga diharuskan menikah dengan pelacur Bangka itu. Akhirnya, kuli-kuli tersebut memang menikahi pelacur tersebut secara resmi, yang kemudian membuat populasi keturunan Tionghoa di Bangka cukup banyak.
Namun, sejak Indonesia merdeka pada tahub 1945, prostitusi pun mulai dianggap sebagai hal yang tabu dan dilarang. Lokasi pelacuran pun ditutup pemerintah. Meski demikian, faktanya praktik prostitusi masih terus subur di Bangka berupa prostitusi online, hingga saat ini.