DBASIA.CLUB – Nightclub atau klub malam memang pernah menjadi primadona di tahun 90-an. Pada masa itu, anggapan orang yang belum masuk ke klub malam, belum keren. Mereka akan terhentak dengan musik yang ramu Disc Jokey (DJ) semalam suntuk dengan ditemani wanita dan akohol.
Seiring dengan berjalannya waktu, memasuki era tahun 2000-an, gaya hidup pergi ke nightclub cenderung berubah. Generasi baru, atau yang biasa disebut generasi millenial, tidak lagi menjadikan hiburan malam sebagai patokan untuk bergaul. Sehingga hal ini yang memicu awal tutupnya beberapa klub malam baik di Indonesia maupun di dunia.
Di Amerika saja, lebih dari 10.000 bar tutup dalam 10 tahun terakhir. Dalam catatan,pada tahun 2014, per hari bisa dibilang 6 bar ditutup. Nightlife Association AS memaparkan sekitar 6.500 klub malam mengurangi jam operasinya. Majalah Forbes melaporkan, di Eropa, konisinya tidak berbeda. Jumlah klub malam di Inggris menurun 45 persen. Di Belanda, antara 2001 hingga 2011, tuturn sampai 38 persen. Hal ini tentu saja meranda kekhawatiran pengusaha klub malam.
Generasi milenial yang tidak tertarik menjadi salah satu “penyebab” dari menurunnya atau tutupnya klub malam. Genarasi milenial lebih tertarik untuk menghabskan waktu di rumah atau di tempat tongkrongan lain, seperti cafe ataupun mall. Monitoring the Future melaporkan, konsumsi alkohol remaja mencapai tinggat terendah sejak survei yang dilakukan pada 1975.
Para generasi yang juga disebut Generasi Y ini, lebih memilih tempat yang memiliki wahana asyik saat ingin mengonsumsi alkohol. Misalnya jika sedang party di rumah teman, atau sedang travel ke suatu tempat Selain itu, mereka dilaporkan lebih memilih hobi daripada pergi ke klub malam. Pergi ke coffee shop bersama teman-teman menjadi salah satu tempat yang kini digandrungi.
Penelitian Brie yang dilaporkan media The Guardian, mensurvei 196 responden dengan rentang usia 18 hingga 35 tahun, memilih menghabiskan waktu di rumah daripada di klub malam. 70 responden menyatakan tidak tertarik masuk klub malam, hanya 45 yang masih tertarik.
Selain lebih banyak di rumah, ternyata media sosial juga menjadi peran penting dibalik tutupnya klub malam. Karena, 98 orang menyatakan kurang tertarik bertatap muka dengan kenalan baru karena sudah ada media sosial, dan hanya 33 orang yang menyatakan tertarik untuk bertatap muka. Bisa dibilang generasi sekarang, merupakan generasi yang cenderyng tertutup atau introvert.
Tidak jauh berbeda dengan generasi milenial di Amerika, hal ini nampaknya juga berimbas pada generasi di Indonesia. Mereka yang tumbuh di lingkungan teknologi, lebih berinteraksi di media sosial, dan lebih memilih menghabiskan uang demi pengalaman selain materi, misalnya traveling.
Kalaupun ingin hangout, mereka lebih cenderung memilih pengalaman yang shareable, artinya yang bisa dibagikan di media sosial daripada pergi ke bar setiap akhir pekan. Maka dari itu tidak heran, jika situs travelling, hotel, dll sedang mengalami peningkatan dari milenial yang lebih memilih untuk berlibur, dibanding untuk pergi ke klub malam. Artinya, bisa jadi mereka menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat yang unik yang pantas dibagi di Instagram, Facebook, seperti restoran enak atau menonton pertunjukan spektakuler.
Karena hal tersebut, semestinya para management dari nightclub harus lebih berbenah dan berinovasi. Bagaimana mereka bisa, membuat para millenial untuk datang ke club. Misalnya di salah satu club, pernah mengadakan kompetisi esport di dalam club. Inovasi – inovasi tersebut, tentu saja akan mendorong club tersebut ramai dikunjungi para Millenial.